Penghafal al-Quran Merupakan Status Bergengsi di Gaza

18.03

Pria kelahiran Makkah, Arab Saudi itu menceritakan bagaimana dirinya semenjak kecil sudah terlibat dengan hafalan al-Quran. Sejak usia 16 tahun
Syeikh Khattab: Di Gaza penghapal al-Quran status bergengsi 
 
Hidayatullah.com—Setiap orang bisa menjadi penghafal al-Quran, namun tidak semua orang bisa menjaga hafalannya. Karena itu salah satu cara menjaga agar hafalan al-Quran adalah terus- menerus menjaga ketakwaan, selain frekuensi pengulangan (muroja’ah).

Demikian salah satu tips menjaga hafalan al_Quran dari Syeikh Muhammad Khattab, salah satu imam  asal Gaza Palestina diundang dalam rangka program Silaturrahim Ramadhan Imam-Imam Suriah dan Palestina ke Indonesia (SIRAMAN MANIS) bekerjasama dengan Sahabat al-Aqsa di Majelis Taklim XL  usai  shalat Subuh, hari Sabtu, (20/07/2013).

“Hapalan Quran kita juga lebih melekat jika digunakan pada shalat malam. Bisa jadi shalat Qiyamul Lail kita hanya dua rakaat tapi bacaannya satu juz,” tutur Imam Masjid as-Salam, Rafah, Gaza Selatan itu.
Syeikh Khattab juga menjelaskan bagaimana kebiasaan para penghafal Quran di Gaza di mana  biasa membaca ulang 20 sampai 40 kali setiap lembarnya.

Pria kelahiran Makkah, Arab Saudi itu menceritakan bagaimana dirinya semenjak kecil sudah terlibat dengan hafalan al-Quran. Sejak usia 16 tahun,  ia telah mengikuti dauroh yang khusus menargetkan hafal al-Quran dalam tempo dua bulan.

“Saya mulai serius menghapal al-Quran usia 16 tahun untuk mengejar khatam 30 Juz dalam dua bulan. Tapi sejak kecil saya sudah terbiasa menghapal lima sampai tujuh juz,”ungkapnya merendah.
Menurutnya, dauroh atau semacam pelatihan intensif untuk para penghapal Quran, menjadi tujuan para penghapal Quran di Gaza yang dilakukan sangat ketat.

“Ketat sekali penyaringannya. Dari 5000 orang pendaftar, hanya 100 orang saja yang diterima,”ucapnya.
Para pendaftar berasal dari berbagai cabang lembaga penghapal Quran yang tersebar di berbagai daerah di Palestina.

Lembaga dauroh yang terpusat di Gaza itu menurutnya betul-betul sangat istimewa. Selain memiliki program target hafalan dalam waktu singkat, orang-orang yang tersaring sudah dipastikan tidak bermasalah dengan pengucapan dan tentunya sudah terbiasa menghafal.

Setahun sekali, dauroh yang berada di Gaza membuka pendaftaran murid baru. Selain ketat penyaringannya, masa karantina akan dianggap sebagai proses penggojlokan yang cukup berat. Setiap waktu digunakan untuk menghafal. Dimulai setelah Sholat Subuh sampai menjelang sholat Dzuhur, peserta menggunakan waktunya untuk tidak beranjak dari lembaran al-Quran. Hal yang sama dilakukan seusai sholat Dzuhur. Terus berlangsung seperti itu sehari-harinya. Waktu resmi menghafal hanya berhenti pada saat sholat, makan dan mandi saja. Walaupun sesungguhnya bagi seorang yang sudah memasukkan ayat-ayat Allah kedalam dadanya, Ia akan terus menghapal baik ketika berdiri, duduk dan berbaring.

Jika ada yang sedih ketika harus bersusah payah menghafal, Syeikh Muhammad memakluminya. “Seminggu pertama mengikuti dauroh itu, saya juga kesulitan menghafal. Tapi pada minggu berikutnya, mulai bakda Subuh sampai Dzuhur, bisa hafal13 halaman,”ucap Anggota Dewan Qari Kreatif  Masjid ‘Umari al-Kabir, Gaza itu. Tiga belas halaman sama dengan enam lembar dan itu berarti ½ juz mampu diikat dalam ingatannya hanya dalam tempo sekitar 7 jam. Belum lagi pada belasan jam berikutnya, terus menghafal. Bisa dibayangkan berapa banyak lembar yang mampu dikatamkannya. Pantas saja jika dalam waktu singkat, pria yang memiliki lima saudara lelaki bergelar al-Hafidz itu, mampu menyelesaikan 30 Juz al-Quran. “Kuncinya, tetap semangat dan jangan menyerah. Luruskan niat kita dan ingatlah fadhilahnya,”Syeikh terus memompa semangat para jemaah..

Tidak seperti di Indonesia, yang menarik di Gaza, seorang penghapal al-Quran merupakan status sangat bergengsi.
“Di sana, kami, para penghapal Quran mendapatkan ijazah resmi,” papar Sarjana Ilmu Syariah Universitas Islam Gaza itu.
Sejak dinyatakan secara resmi menyandang status al-Hafidz, hingga kini Syeikh Muhammad telah meluluskan 250 orang penghapal Quran.

Saat ini terdapat 40 orang Penghafal Quran di Gaza yang menunggu kepulangannya dari Indonesia untuk memberi ijazah resmi al-Hafidz. Di antara murid-muridnya itu, ada saja mereka yang menghapal setiap harinya ½ halaman.
“Jika mereka konsisten seperti itu setiap harinya, maka selama empat tahun bisa khatam,”ungkap murid Syeikh Muhammad Abu Sattar itu.
Ia juga memiliki enam orang murid asal Indonesia yang memiliki hafalan sangat kuat dan sudah menyandang gelar al-Hafidz.
Previous
Next Post »
0 Komentar